Film Joker dan Kelakuan Penonton Indonesia
Film Joker bisa disebut sebagai salah satu masterpiece terbaik tahun 2019. Akting yang memukau dari sang aktor dan penyampaian cerita yang baik membuat film ini tidak hanya berhasil menyampaikan pesannya, tetapi juga perasaan yang ingin diungkapkan oleh seorang Arthur Fleck yang berusaha bahagia walau sebenarnya tidak. Musik latar yang tidak hanya ikut serta membangun adegan, tetapi juga membantu menyampaikan perasaan Arthur yang saat itu terluka. Twist menjelang akhir film pun seakan ikut meluluhlantakkan satu-satunya harapan tidak hanya bagi Arthur, tetapi sebagai penonton pun saya ikut merasakan putus asa sebesar Arthur ketika menemukan fakta tentang jati dirinya. Dan ketika di ending, seperti ledakan reaksi kimia yang berantai, semuanya bagai momentum yang dinyalakan berurutan rapi dengan intensitas tinggi sehingga menghasilkan akhir cerita yang memuaskan sampai membuat saya secara tidak sadar bertepuk tangan ketika kredit film muncul, apresiasi besar untuk Joaquin Phoenix dan film Joker itu sendiri.Dibalik prestasi luar biasa filmnya, sayangnya, momen menyenangkan tersebut dirusak oleh sebagian penonton yang tidak hanya awam soal peraturan di bioskop, tapi juga miskin informasi mengenai genre film. Hal tersebut diperparah oleh budaya malas membaca dan mencari informasi yang akhirnya berujung pada tulisan berisi keluhan tentang negatifnya film Joker, efek buat ke anak, remaja, dan lain-lain.
Saya rasa berbagai stigma negatif tidak akan timbul kalau penonton cerdas, pun rasa khawatir apabila film ini dapat mempengaruhi psikologis anak-anak khususnya remaja yang menonton film Joker, tidak akan mencuat ke permukaan kalau orang tua lebih jeli dalam memilihkan tontonannya kepada anak. Atau katakanlah, jika film Joker memang bukan selera Anda, jangan paksakan diri Anda nonton film tersebut.
Buat para Bapak-Ibu KBM yang belum menonton Joker. Ingatlah bahwa film Joker memiliki rating D17+ yang artinya diperuntukkan dewasa pada batas usia diatas tujuh belas tahun. Untuk genrenya sendiri adalah crime, drama, thriller-psikologis. Jadi buat kalian yang mencari adegan potong-potong anggota tubuh, darah muncrat, saya pastikan akan kecewa karena jika mencari adegan sadis belaka, silahkan cari film bergenre slasher atau gore.
Karena mengangkat genre crime, film ini memang sarat dengan berbagai adegan kekerasan, seperti perundungan, baku-hantam, adegan penusukan dan penembakan yang terang-terangan. Untuk dramanya sendiri yaitu menceritakan lika-liku perjalanan hidup Arthur Fleck, tentang keluarga dan lingkungannya. Thriller-psikologi sendiri artinya suatu cerita yang menekankan pada ketegangan dan rasa penasaran melalui psikologi.
Mengetahui genre ini penting ya, supaya tidak salah masuk studio dan menonton film yang salah. Genre film bisa dicek di setiap website film. Kalau bapak-ibu sekalian terlalu malas membuka website, ketika mau pesan tiket, tanya saja ke penjual tiketnya. “Mbak/Mas, film ini genrenya apa ya? Aman tidak ya buat anak-anak?”
Jangan jadi orang tua sotoy. Merasa film Joker akrab buat anak-anak karena “kenal” dengan nama tersebut. “Oh, Joker kan musuhnya Batman, berarti film Batman ya.” Please, tinggalkan pemikiran dangkal seperti itu. Pola pikir seperti itulah yang akhirnya menjebak anak-anak itu masuk ke studio, menyaksikan film berdurasi dua jam yang sama sekali tidak menampilkan superhero favorit mereka. Bahkan tidak ada yang benar-benar bisa ditertawakan dari film tersebut.
“Lalu bagaimana dengan orang tua yang punya berjuta alasan?”
“Berjuta alasan bagaimana?”
“Itu lho, orang tua yang katanya pengen nonton, tapi gak tega ninggalin anak di rumah sendiri.”
Oh, itu mah dasar pemalas saja orang-orang seperti itu. Kalau suami-istri ingin nonton film ke bioskop, ya anak titip dulu ke mertua. Kalau mertua jauh, ya sewa jasa baby sitter. Lah, ternyata gak punya uang buat sewa baby sitter? Ya gantian nontonnya. Tapi kalau ngotot pengen nonton berdua, gak ada uang buat sewa baby sitter, rumah mertua jauh, gimana dong? Ya tahan! Jangan nonton dulu di bioskop!
Jika ada orang tua yang berpikir ketika kehadiran buah hati membuat rutinitas menonton terganggu, ya mohon maaf, itukan resiko Anda punya bayi, punya anak. Saya juga punya anak. Selama si kecil memang belum bisa diajak ke bioskop, saya sengaja menahan diri tidak nonton ke bioskop. Atau kalau memang urusan pekerjaan, ya suami saya yang menjaga si kecil. Tetapi tidak ada namanya saya mencari-cari alasan agar tetap bisa nonton lalu akhirnya bawa si kecil ke bioskop.
Saya tidak ingin mendzalimi anak saya, kedua, mendzalimi penonton lain semisal anak saya menangis di dalam studio. Hanya orang tua egois dan banyak alasan yang bisa sampai membawa anak-anaknya masuk ke dalam bioskop dan menyaksikan film yang tidak sesuai kategori usia mereka.
Selanjutnya yang harus dibenahi adalah kebiasaan melihat dulu trailer film, sebelum membeli tiketnya. Lebih bagus lagi kalau sambil dibaca sinopsisnya, biar bisa dicek sekalian genre, sutradara dan para pemainnya. Ini penting ya, beberapa film diperankan oleh anak kecil tetapi kontennya dewasa. Lalu bagaimana kita mengetahui hal tersebut? Ya dari lihat trailer, baca sinopsis, lalu cek rating filmnya.
Saya ambil contoh film Good Boys yang rilis beberapa minggu lalu. Tokoh sentralnya anak-anak kecil, tetapi mulai dari obrolan, pola pikir, dan tingkah lalu semuanya lebih mencerminkan ke orang dewasa, tidak heran akhirnya film tersebut diberi rating D+17 oleh LSF. Saya hanya cuma berharap saat itu tidak ada orang tua yang cukup bodoh membawa anaknya menonton film tersebut. Hal yang sama berlaku untuk film Joker.
Kalau misalnya ada non-penonton (sebutan saya untuk orang yang tidak menonton) yang aktif banget teriak boikot, lalu menyalahkan LSF "kenapa sih film seperti ini bisa tayang di Indonesia?" Ya, itulah gunanya LSF memberi rating wahai netizen yang tidak menonton tapi teriak-teriak larang tayang melulu. Harapan LSF, penonton yang katanya sudah melek alfabet itu bisa baca lho rating yang disematkan di informasi film, kalau film yang tayang ya boleh izin dengan kriteria usia penontonnya sekian-sekian-sekian. Disematkan rating usia penonton itu bukan iseng ya, tapi ada kajiannya dan ada tujuannya. Rating juga mempengaruhi sensor. Makin bebas rating usianya, ya makin ketat sensornya. Jadi para emak yang doyan protes, harap diingat ya, film luar yang masuk ke Indonesia itu akan melewati proses screening dulu, selama tidak menyalahi aturan undang-undang ya pasti lolos tayang, tinggal selanjutnya penonton menyeleksi film yang akan ditonton berdasarkan batasan usianya.
Last but not least, jadilah penonton yang cerdas. Jangan sekedar ikut-ikutan menonton, tapi pastikan diri Anda suka dengan genre tersebut atau tidak. Suka tidak suka, dalam dunia film, itu mempengaruhi penilaian kita terhadap suatu film. Lantas apa yang terjadi pada orang yang “buta” terhadap suatu film, lalu menonton film A dan ternyata tidak sesuai selera dia? Ya review jelek yang keluar. Review memang dipengaruhi subjektifitas individu, tapi kalau menilai hanya dari selera, ya jadinya hanya sekedar menggiring opini berdasarkan “selera gue” dan itu cukup menyebalkan ketika saya temukan dari sebagian penonton film Joker.
Kalian boleh menceritakan kepada orang lain bahwa film Joker memang tidak layak di tonton anak-anak, tetapi jika ada yang menulis review berlandaskan kekecewaan karena tidak menemukan Batman di film tersebut, saya anggap itu bentuk kebodohan si penonton. Ya, salah siapa menonton tanpa melakukan riset terlebih dulu. Untuk kedepannya semoga tidak ada penonton-penonton bodoh lainnya. Toh jaman sekarang wifi ada dimana-mana, paket kuota aja sanggup beli, masa cek trailer semenit saja tidak mampu.
Sekian tulisan dari saya.
Mohon maaf bila ada ucapan menyinggung, tapi bulan Oktober ini bakal banyak film lokal dan luar yang bagus-bagus, harapannya masyarakat Indonesia juga cerdas menyikapinya. Pilih dan tontonlah film sesuai kategori umur Anda dan anak Anda, jangan jadi penonton bodoh yang asal terima materi film tanpa persiapan apapun, lalu keluar bioskop malah menyalahkan filmnya. Tidak, itu Anda yang salah.
NB : Penilaian untuk film Joker 9.5/10
Source : facebook
ReplyDeleteMantap bgt kaks! Sayang di tempatku gada bioskop
Kalau sempat main juga ke blog saya Cerita Alister N ya.... Makasih 🙏🙏